Minggu, 05 Mei 2013

Gereja Bersejarah Surabaya 2 - GKI Pregolan



GKI Pregolan Bunder



Gaya Arsitekturnya Mirip Masjid




Jumat (29/3) kemarin umat Nasrani dan Katolik di Surabaya memperingati Hari Jumat Agung atau peristiwa penyaliban Isa Almasih. Peringatan Isa Almasih terkadang disertai dengan acara seremonial, liturgi di gereja-gereja yang ada di kota Pahlawan. Hal ini tentu saja memperkaya khasanah kemajemukan budaya dan religi di Surabaya. Sejarah mencatat sudah sejak dahulu Surabaya menjadi kota yang multi culture baik bila dilihat dari komposisi etnis, budaya dan juga religi. Tercatat setidaknya tempat-tempat peribadatan legendaris dibangun di Kota ini, sebut saja kawasan Ampel,  Klenteng Hok Khiong dan juga gereja-gereja besar baik yang Katholik maupun protestan.



Di Surabaya sendir terdapat sejumlah gereja yang telah menjadi ikon kota. Bangunan gereja ini memiliki keunikan akan kekayaan arsitektural yang ada di Kota Surabaya. Salah satunya yakni GKI Pregolan Bunder.



Bangunan gereja ini telah berusia lebih dari 130 tahun ini merupakan bangunan peninggalan kolonial yang tetap kokoh berdiri hingga kini. Bangunan dengan gaya arsitektur Timur Tengah ini masih terjaga keasliannya, meski telah banyak dilakukan renovasi. Uniknya, bangunan gereja ini mengadopsi gaya arsitektur Timur Tengah, antara lain menggunakan bentuk kubah. Sekilas apabila dilihat dari jauh akan tampak seperti bangunan masjid. Gara-gara gaya arsitektur hasil karya Rijksen yang uniknya inilah yang memunculkan peristiwa lucu konon beberapa warga muslim pernah ada yang tertipu ketika hendak sholat di gereja ini karena dikira masjid. Selain itu, bila dilihat dengan seksama, denah itu menunjukkan gambar salib di dalamnya serta memiliki sistem akustik yang kuat. Bahkan pendeta yang berdiri di atas mimbar, tanpa menggunakan pengeras suara pun khotbahnya akan terdengar jelas di seluruh ruangan.



Pembangunan gedung gereja ini sudah dimulai sejak 1914 hingga selesai secara keseluruhan pada 1920. Asal muasal gereja ini dibangun oleh penginjil yang bernama Abraham Delfos yang dikirim Komisi Pekabaran Injil dari Belanda pada tahun 1881. Pendeta Delfos mula-mulanya mendirikan rumah peribadatan didaerah Niew Hollandstraat yang sekarang menjadi Jalan Kalisosok. Setelah itu, jemaat juga pernah berpindah ke Jl Johar pada tahub 1890. Barulah pada tahun 1920 jemaat menempati gedung yang dikenal sebagai GKI Pregolan Bunder.



Alhasil, bangunan GKI Pregolan Bunder ini merupakan salah satu bangunan peninggalan Kolonial Belanda yang masih bertahan hingga saat ini. Kondisi fisik arsitektur, design interiornya juga masih menunjukkan kondisi yang prima, meskipun sudah banyak dilakukan proses renovasi. Tak ayal karena keunikan dan usianya yang lebih dari seabab, GKI Pregolan Bunder ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya. jo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar