Jumat, 24 Agustus 2012

Lorok Ngadirojo – Nostalgia Tempoe Dulu dan Kala Kini


Nostalgia Tempoe Dulu dan Kala Kini


My Memories… Kacang yang (semoga) tak lupa kulitnya.. 

Akhirnya apa yang saya harapkan setelah menulis ini itu tentang lorok kesampaian juga. Setelah mendapat libur untuk lebaran, walau saya tidak ikut serta merayakannya saya rasa ini merupakan kesempatan terbaik untuk menebus janji saya tempo hari yakni menyajikan hal-hal yang lain tentang Lorok. Sebenarnya saya agak malu lha wong saya Cuma jeptrat-jepret ala Photographer amatir lalu saya juga tidak bisa menjawab untuk apa semua hasil jepretan saya.  Malahan saya dikira akan membuat laporan serta hendak memberikan sumbangan jutaan rupiah pada object yang saya ambil. ciut juga nyali ini..

Sesuai dengan judul diatas, namanya saja nostalgia tempo dulu… jelas-jelas ya maaf saja bila mana isinya agak subyektif. Saya juga tidak mengharap konten ini akan dijadikan rujukan sejarah.. saya sendiri tidak sempat untuk mengali sejarah Lorok.. jadinya ya content ini lebih bersifat naratif dan entertaint saja.. tujuan saya malahan hanya sekedar berbagi cerita betapa berkesannya hidup ini tatkala pernah tinggal di desa, mendapat sebutan “wong ndeso” atau “cah ngunung” apalagi stigma masyarakat, sebelum SBY jadi Presiden, orang Pacitan merupakan “kaum marginal” atau inferior.. kaum pekerja buruh dan PRT baik yang jadi TKW atau bekerja dikota besar.. tapi itu dulu bukan? banyak lho orang-orang Pacitan yang sukses diberbagai bidang dikota-kota besar…

Semoga saja anak-anak atau generasi baru orang Pacitan tidak merasa minder untuk terus terang bilamana mereka ditanya dari mana asal daerah mereka. hal ini seakan terasa cukup menyedihkan bilamana dihadapi oleh anak-anak pelajar.. seakan-akan mereka berat hati untuk menjawab dengan banga “Saya orang Pacitan”,


 Saya ini Orang Lorok.. Wong Pacitan.. 


Sebagai informasi tambahan, saya berterimakasih bilamana masih diperbolehkan menyandang predikat sebagai “Wong Lorok” lha memang saya dilahirkan disana, lebih tepatnya di dusun Cerbon, Desa Cokrokembang, Kec Ngadirojo. Saya lahir ketika lampu penerangan belumlah masuk dikawasan ini.. sesuai cerita Kakung saya, almarhum Mbah Mudji, waktu itu ya masih pakai lampu Oblik – lampu sumbu dengan minyak tanah, atau lampu petromak bila kita tergolong kalangan mampu.. Lanjut cerita masa kecil saya habiskan di Surabaya, tempat leluhur dari Ayah saya. Ehhh… balik lagi ke Lorok sewaktu usia masuk sekolah. Saya sendiri sempat mencicipi bangku TK Dharma Wanita selama setahun lalu tercatat sebagai salah satu murid yang termasuk golongan kurang pandai di SDN Ngadirojo sampai kelas empat SD. Sehabis itu, Lorok merupakan tujuan liburan dan lebaran yang saya kunjungi sekali dalam dua-tiga tahun… disaat inilah banyak informasi perkembangan yang saya lewatkan… jaman itu belum ngetrend internet jadinya ya… masuk lagi ke “the Dark ages” versi saya sendiri sih… 


Ketika beberapa kali saya menulis artikel diblog ini, yang mendasari ialah kecintaan pada tanah kelahiran saja. Banyak memori sewaktu kecil yang mewarnani kehidupan saya. Oleh karena itulah, saya ingin mengabadikan beberapa tempat yang menggambil sejarah dalam kehidupan saya dahulu. Karena peran almarhum kakek saya serta keluarga saya, koq rasanya eman bilamana hal itu terhapus dari memory saya. Nah, dari dahulu sewaktu kecil sekitar tahun 1990-an saya mencoba berbagi cerita tentang beberapa tempat yang saya kenal diLorok. 


Kontent ini rasanya akan terasa panjang sekali tuk diikuti oleh karena itu, saya akan membagi dalam 3 bahasan yang saya sesuaikan dengan geografi-nya: Yakni Kecamatan bagian Utara (Cokrokembang), Bagian Tengah (Ngadirojo – Wiyoro) dan Bagian Selatan (Tangjung Puro – Hadiwarno). Bagian tengah merupakan pusat admisnitrasi Kec ini. Bagian Selatan lebih terkenal dengan Hasil Perikanan & Pariwisata Pantai.. kalau bagian utara lebih cocoknya apa ya?... kawasan Agraris sepertinya lebih cocok.. 


Ayo.. dhang diwiwiti… (Let’s Get Started!)

Desa Cokrokembang – Bagian Utara kecamatan Ngadirojo

 
Puskesmas Ngadirojo (Lokasi: Desa Cokrokembang – Prapatan Baran)


Kita mulai saja dari arah utara. kawasan Kec Kota ini rasanya dimulai dari perempatan Baran. Disana sejak saya kecil telah berdiri sebuah Puskesmas Kec. Saat ini Puskesmas tersebut telah berkembang pesat dan mampu menjadi jujukan orang-orang Lorok tuk berobat. Seingat saya, bangunan utama waktu itu membujur disebelah utara gedung. Saya sendiri jarang sekali pergi berobat tapi saya ingat waktu gigi saya saya mulai tumbuh dan berobat kesana. Dulu kala saya seringkali di ajak jalan pagi setelah subuh oleh mendiang kakek saya dari arah Cerbon ke Puskesmas lalu balik lagi.  Waktu itu saya malah mengunakan alas kaki.. dan menikmati asphalt jalan raya yang ada Dan banyak juga warga sekitar yang sekedar jalan-jalan pagi disepanjang jalan puskesamas tersebut. Untuk mendapatkan Informasi lebih lanjut tentang puskesmas ini, bisa diakses diblog yang bisa diperoleh digoogle search engine.

Saat ini, perkembangan kawasan ini telah maju dengan adanya, lampu rambu lalu lintas, pembersihan kios liar yang pernah menempati area depan Rumah sakit, jalanan yang semakin lapang serta masih terjaganya area persawahan yang berada dikedua sisi jalan… benar-benar kawasan hijau pedesaan.. 


 
SMP Negeri 1 Ngadirojo (Lokasi: Desa Cokrokembang)

Lanjut ke arah selatan, disebelah kiri jalan berdiri sebuah SMP Negeri 1 Ngadirojo. Saya sendiri tidak pernah sekolah di tempat itu. Walau begitu berbagai cerita tentang sekolah tersebut sempat saya dengar. Sekolah tersebut merupakan sekolah favorit anak-anak Lorok. Selain itu bila bisa masuk sekolah itu maka prestige kita akan naik.. mereka semua percaya hanya anak-anak pandai yang bisa sekolah disitu dan sampai dibela-belain turun gunung bagi yang bertempat tinggal jauh dikawasan pegunungan. Selain itu seingat saya dipojok bagian depan sebelah utara bangunan depan tumbuh beberapa ruas pohon bamboo.. dan menyimpan cerita mistik tersendiri. Konon dulu banyak sekali yang digoda atau sekedar dilihati hal-hal mistik. Seiring dengan masuknya penerangan maka cerita itu tinggal kenangan. Oh ya… satu karakter guru kondang yang sering kali saya dengar ialah Bapak Agus Salim… kebetulan sekali beliau ialah Bapaknya teman saya waktu masih SD.. walau saya tidak pernah sekalipun berada dibawah bimbingan beliau namanya santer dan menjadi buah bibir beberapa alumni SMP tersebut yang saya kenal. Beliau terkenal karena sifat dan ketegasan dalam mendidik anak-anaknya yang notabene merasa sekolah hanyalah sekedar kewajiban belaka.   


Kawasan Kreteg Cerbon – Pasar Cerbon – Warung Pojok Pak Heri

 

Kawasan ini dulunya merupakan kawasan pasar traditional yakni pasar Cerbon. Pasar itu layaknya pasar desa yang memiliki beberapa stand yang dimiliki oleh beberapa penduduk sekitar seperti Mbah Slamet, Wo Panjang, lalu buyut saya, Mbah Ungin, juga seringkali berjualan disana. Dia berjualan “cipar” yakni semacam kecambah dari kedelai untuk sayur asem.. terkadang buyut saya juga berjualan bunga buat melayat ke kuburan. walau hasilnya waktu itu hanya kisaran uang koin ratusan rupiah.. tapi saya salut sama keuletannya.. terlebih saya seringkali dibelikan oleh-oleh sepulang dari pasar tadi… Seingat saya dulu diseberang pasar terdapat penjual dawet cendhol khas Lorok dengan mengunakan gula bathok – gula merah sebagai pemanis.. rasanya sekarang, rumah tersebut tidak berjualan lagi.. 


Pasar Cerbon jelasnya tidak seramai pasar daerah, pada awal tahun 1990-an, kalau tidak salah arus sungai yang mengalir dibelakang pasar mengerus tanah, sehingga diding pasar ambrol seketika banyak kios took yang tidak beroperasi. beberapa kios dibangun kembali tetapi cerita pasar Cerbin cukup samapai disitu. Sebagai gantinya, berdiri waring makanan yang menjual menu Soto Pacitan plus beberapa jajanan oleh-oleh khas Pacitan seperti Kolong, kembang Gula, Sale Pisang, jenang, Sengkolon dsb.  

 

Ada sebuah kisah tentang seorang perempuan yang bernama si Paijem, wanita paroh baya ini dekat sekali dengan penghuni pasar, begitu pula dengan buyut saya, dia memang seorang yang ringan tangan. Saya sendiri beberapa kali diantarkan pulang dan terkadang saya digendhong dipunggungnya. Betapa tragisnya sewaktu dia meninggal, seingat saya, dia tinggal di area Pasar, dia meniggal salah satu sudut pasar tersebut setelah menderita sakit yang lumayan lama.. Nyesel dan sedih juga saya kala iyu. Sebenarnya, dia memiliki keluarga akan tetapi banyak yang tidak tahu riwayat keluarganya. So… Penduduk sekitarlah yang mengantarnya menghadap ilahi… “May You Rest in Peace old Woman”


Pernah melihat dan masih ingat dengan film yang dibintangi oleh Macaulay Culkin “My Girl”? lain cerita dengan kisah wanita diatas, sewaktu saya masih anak-anak, didaerah tersebut juga ada seorang anak perempuan nan jelita. Dia begitu dikenal luas karena parah wajahnya apalagi bagi kalangan anak-anak kecil seusiaku dulu.. ha ha ha istilahnya kembang desalah… jujur saja sampai begitu cantiknya saya sendiri sampai tidak berani bercakap-cakap dengannya… sampai saya ekspansi tetap saja saya tidak pernah ngobrol. Namanya… Ada Dech! ini privasi… tapi bukanlah “hidden affairs” lho! sekedar demi kebaikan bersama saja…


Saat ini yang tersisa dari kawasan ini hanyalah sebuah Toko Pojok milik Pak Heri – Toko ini merupakan toko kelontong yang paling lengkap dagangannya dan merupakan sebuah toko besar dikawasan Cerbon selain Toko miliknya Mbah Rahman yang merupakan supplier besar minyak tanah dan bensin. Didepan Toko itu ada sebuah tugu besar seperti yang terlihat di gambar. Dari dulu kondisi Tugu tersebut tidaklah berubah, selain itu bangunan toko sendiri dibangung diatas aliran sungai. Jadi ya ada lorong sungai dibawah Toko dan Bangunan Rumah tersebut. Selain Toko Pojok, ada juga yang todak berubah yakni jembatan atau kreteg Cerbon serta pintu airnya. saya rasa dua bangunan tersebut layak dilestarikan karena memiliki peranan penting bagi Lorok. Memang sih kreteg carbon bukanlah jembatan besar, hanya cukup dua jalur kecil dengan lebar 4-5 meter saja. tapi merupakan prasarana penting. Kalau tidak salah ingatan saya, jembatan tersebut pernah mengalami pelebaran, saya sendiri pernah rasanya menyaksikan proses pengerjaannya.. 


Sementara itu, kondisi kawasan Pasar Cerbon sekarang ini, tahun 2012, tidak memiliki bangunan apapun. Tidak ada lagi bangunan pasar serta hiruk pikuk kegiatan ekonomi didaerah tersebut. Ntah Aparat desa mempunyai rencana atau design yang lain ya saya kurang tahu.. alangkah bagusnya bila mana kawasan tersebut dicalonkan sebagai cagar budaya… Heritage gitulah…   

KUD Ngadirojo Plus Gudang Logistik



KUD Ngadirojo, walau namanya mengunakan nama desa ibukota kecamatan, akan tetapi lokasi KUD ini berada di desa cokrokembang. KUD ini merupakan salah satu bidang usaha yang maju pada masanya. Saya rasa peranannya juga masih terasa sampai saat ini. KUD ini telah mengalami renovasi bangunan. Dulunya lokasi bangunan kantornya tidak berada seperti yang ada didalam gambar. Selain bangunan kantor, ada 2 gudang dan satu unit pengilingan padi. 2 Gudang tadi satu gudang timur untuk lumbung beras dan pupuk – sampai sekarang masih ada dan terlihat orisinal dan satu gudang barat yang lebih banyak digunakan sebagai area badminton dan sepak takraw oleh warga setempat. Gudang ini telah dirobohkan dan dibangun kantor baru diatas lahan tersebut. Gudang unit penggilingan padi masih berdiri kokoh dan mungkin saja masih beroperasi. Serta ditambah pula sebuah area menjemur padi didepan gudang penggilingan padi. 


Sebelum Listrik disuplai oleh PLN, KUD ini juga pernah menyediakan kebutuhan listrik dari tenaga mesin diesel dengan bahan bakar solar untuk beberapa desa dikecamatan Ngadirojo. Layanannya pun terbatas mulai sore pukul enam sampai tengah malam. Wargapun ditarik retribusi listrik sesuai dengan jumlah watt yang digunakan. Walaupun demikian,. menikmati listrik pada saat itu sudah bisa sangat bersyukur.


Dulu saya mengunakan area ini untuk arena bermain. Saya seringkali bermain dedak-tumpukan kulit padi walau nantinya rasa gatalnya bukan kepalang, memanjat pohon beringin dan sempat jatuh yang mana pantat saya menimpa kerasnya akar pohon tersebut, mandi dan lompat sungai dibelakang KUD, memancing dikali tersebut.. dan terkadang membelikan seplastik bekatul untuk makanan ternak bagi tetangga kanan kiri. Walau kecil sekitar Rp 25-50 saja, sudah lumayanlah buat tambahan uang saku buat jajan disekolah.    

Kantor Pos Kec. Ngadirojo


Bangunan lain yang ada dikawasan ini tidak lain ialah Kantor Pos Kec Ngadirojo. Secara fisik bangunan ini tidak mengalami perubahan berarti dimana warna coklat orang yenag mendominasi bangunannya. Saya masih teringat dengan dengan seorang Tukang Pos waktu itu, hanya dengan mengendari sepeda “onthel” ya sepeda kebo warna coklat kehitaman plus diberi tas pos dibelakang. Bapak ini setia mengantarkan kiriman surat, wesel dan berita parsel. Saat ini kantor pos juga sudah mengandeng beberapa jasa pengiriman uang seperti western union dsb. Saya pernah dekat dengan keluarga mereka yang notabene juga memiliki anak sesuai saya waktu itu, Mbak Danik dan Mas Danang kalo tidak salah saya mengingat. Akan tetapi Kepala atau pejabat tersebut pindah lokasi dinas di Pacitan Kota beberapa tahun setelah saya meninggalkan desa tersebut.


Well.. masih ada beberapa cerita informatif tentang bagian Tengah dan Selatan..
Semoga bisa cepat selesai menulisnya untuk Anda

15 komentar:

  1. Desa kenangan takkan terlupa sepanjang masa

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Leluhur istri saya dari Nogosari Lorog, dari Raden panji Sanjaya Ngrangin (Gropak Senthe), RM Kertowongso (generasi Gantung Siwur) R. Poncomenggo (Wedono Lorog) (generasi udeg-udeg), R. Ponco Semonggo (Demang Nawangan) (generasi Wareng) Poncowikromo (Lurah Nogosari) (generasi Canggah), Citroprawiro (Lurah Nogosari) (generasi Buyut), Gunawan Joyosudarmo (Mantri Guru) (generasi Mbah), Sutomo (mantan Pamen TNI AL) (generasi Bapak)

    BalasHapus
  5. Eyang saya, Adisastro, lahir 1880 dan wafat 1942 di Lorog.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal, kita mungkin saudara. Karena eyang saya juga adisastro.

      Hapus
    2. Salam kenal, kita mungkin saudara. Karena eyang saya juga adisastro.

      Hapus
  6. Entah saya keturunan dari siapa yang aku tahu dan pernah ke pesarean makam kuncen lorong sebagai pemakaman keturunan keluarga,tolong saya di kasih tahu dari keluarga mana.dan saya ingat pak Lik saya bernama Santoso terakhir bekerja pensiunan pemilik....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau boleh tahu ini...ulasan dari mana ..nggeeh...mtr swn

      Hapus
  7. Kakek saya Suparto bin Mangun Lorok cuma saya gak tau di mananya

    BalasHapus
  8. Eyang putri saya bernama R. SOEMARJATIN berasal dari Lorok Pacitan, menikah di Ponorogo dengan Eyang kakung bernama R. DJOKO SOEMODIRDJO, berumah di Jl. Gajah Mada No. 7 Ponorogo. Menurut cerita saudara sepupu saya, leluhur kami itu mbah wedono Lorok jaman Belanda.

    BalasHapus
  9. Salam kenal, saya asli kwangen, cokrokembang. Mbah kakung saya dulu jadi kamituwo dan dianggap sesepuh warga. Bapak saya dari kaliatas, lorok. Adik bapak jadi rektor universitas negri semarang, pak soedijono. Saya sekarang tinggal di semarang

    BalasHapus
  10. Mantap. Salam sedulur Wong Lorok. Sukses selalu. Salam dari Kwangen Cokrokembang

    BalasHapus