Kamis, 22 November 2012

Macet dan Akar Pemalahannya: Dampak Macet (Bagian 2)


 Macet itu Sangatlah MAHAL!!!!


Okkay Setelah tulisan terdahulu banyak menyoal dari aspek industry dan kebijakan pemerintah terkait kendaraan bermotor, kali ini saya akan sedikit membahas tentang dampak banyaknya kendaraan bermotor yang masih menjadi penyebab utama kemacetan di jalan raya.

Bila kita gambarkan, dalam setiap bulan semisal kita memproduksi 100.000 saja baik itu motor berbagai merek (angka ini bisa jadi lebih rendah lho atau bahkan terlalu rendah) berapa yang kita bisa hasilkan dalam satu tahun, minimalkan 1,2 juta motor. Lalu bayangkan bila mana semua kendaraan tersebut bisa terjual ya karena sekarang ini semakin banyak usaha leasing yang berani melemparkan kendaraan dalam nilai murah maka dalam setahun minimal kita ada 1.2 juta kendaraan. 



Konsumsi Bahan Bakar

Kira-kira berapa liter bahan bakar yang harus kita sediakan? sehari anggap saja rata-rata habiskan satu literlah untuk perjalanan normal. tinggal kalikan saja selama satu tahun:

1,2 juta motor x 1 liter x 365 hari = 438 juta liter

438 juta liter yang harus disediakan hanya untuk motor saja.  Pengalaman saya, bila rute normal saya bisa gunakan 3 liter untuk 4 hari, sedang bila terjebak macet maka saya menghabiskan 3 liter untuk 3 hari saja. dengan kata lain alias bisa menghemat kisaran 0,25-0,3 liter tiap harinya. Nah, angka tersebut tinggal dikalikan saja 1,2-1,3 sebagai kompensasi bensin yang harus keluar gara-gara macet. Pastinya setelah dikalkulasi akan ketemu,

438 juta liter kali 1,2 sama dengan 525.6 liter. terdapat selisih 87.6 juta liter.

Artinya 87.6 juta liter itu terbuang sia-sia selama setahun. coba kalikan saja dengan harga bensin yang seharga Rp.4500. Maka akan ketemu angka 394.200.000.000,- alias 394,2 M!!!!

Wuih!!! angka yang cukup besar bilamana angka tersebut hanya menguap tanpa bekas dan tanpa kita sadari..! Pemborosan Bukan???...

Selain itu, 87.6 juta liter bensin kita habiskan dan buang sia-sia saat motor kita menyala dan tidak memberi kita apa-apa, maju tidak mundur tidak.. bukankah kita masih inget, bensin yang kita buang merupakan bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui?... alias sekali habis kita harus menunggu berjuta-juta tahun untuk mendapatkan hal yang sama

Coba kita sama-sama perhatikan angka-angka berikut ini:

87.6 juta liter =
17.520 mobil tangki kapasitas @5000
17.520.000 jirigen @5 literan.
3.504.00 jirigen @25 liter.

Bila digunakan oleh kendaraan motor dengan asumsi 1,2 motor @ satu liter per hari maka bisa menjamin 73 hari atau dua bulan 13 hari bisa lalu lalang dilalu lintas.

Mengacu pada hal ini, saya sempat melihat sebuah film documenter tentang “Crude Impact” yang bercerita tentang kelangkaan sumber daya minyak bumi. Hal ini dirasakan oleh Amerika yang notabene memiliki industry bermotor. Motor tersebut jelas sudah membutuhkan pasokan yang besar. Satu hal yang membuat saya tercengang ialah, konsumsi minyak dalam jangka satu abad terakhir atau sejak minyak sudah bisa diproduksi dengan bagus akan habis dalam waktu 150 tahun saja. Padahal kita tahu sendiri proses alam membutuhkan waktu yang tidak hanya 125 tahun untuk mengurai fosil menjadi minyak. Dunia begitu boros dalam mengkonsumsi bahan bakar minyak!!!!



Material Bahan Baku

Selain minyak bumi sebagi bahan bakar, kita juga seharusnya berpikir, bahan baku yang dipergunakan untuk membuat kendaraan bermotor. Berapa banyak bahan yang kita gunakan untuk membuat satu buah motor. Setelah googling, satu motor hasil produksi memiliki berat antara 90-110 atau kisaran tengahnya 100 kg. itupun masih kelas mio. dengan bahan dasar yang beraneka ragam yakni mulai besi, alumunium, plastic, dan jangan lupa catnya sekalian.

Dengan angka 100 kg per motor tinggal kalikan saja dengan jumlah motor yakni 1,2 juta maka akan didapat 1.200.000.000 kg (1,2 juta TON) per tahun. Dan kita tahu negar ini tidak berhenti sampai satu tahun atau lima tahun saja. tinggal kalikan saja.. itu masih motor. Bagaimana pula dengan mobil yang beratnya sekitar ton-tonan.. Nah dari sini, sumber daya kita akan tergerus habis hanya dengan menyediakan bahan baku motor.



Polusi Gas Buang

Selain dari bahan baku dasar dan bahan bakar motor setidaknya kita juga harus pikirkan emisi gas buang yang dikeluarkan tiap motor setiap kali selesai satu langkah pembakaran. bisa dipastikan polusinya sangat tinggi sekali, efeknya akan dirasakan lima-sepuluh tahun mendatang dimana akan menyerang paru-paru kita. Penyakit saluran pernapasan baik itu asma dsb.

Kita tahu bukan  berapa ongkos check up ke rumah sakit? sekali sakit kita harus keluarkan Rp 50-100 ribu untuk ongkos. Belum lagi tebus OBAT!!!


So akhir kata, dengan masalah Macet saja kita sudah keluarkan banyak atau bahkan teramat banyak DUIT!!!.. Solusinya kurangi beban pengunaan bahan bakar minyak sehingga bisa mengurangi polusi dari banyaknya kendaraan bermotor yang bikin macet kota!.     

Minggu, 18 November 2012

Macet Akar Masalah dan Solusi Pemecahannya bagian 1

Image Resource: Google Search Image
 
Salah satu masalah besar yang seringkali dihadapi kota metropolis. Masalah ini seringkali dijadikan alat pendulang suara pada ajang pemilihan kepala daerah khususnya kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dsb. Akan tetapi, hingga saat ini, masalah ini belum juga kunjung selesai atau terpecahkan sehingga banyak sekali berdampak pada semua pihak biasanya pelaku bisnis dan masyarakat penguna jalan raya.

Sekedar urun rembuk saja dan juga bukannya mau sok pinter, siapa tahu apa yang ada dikalangan umum belumlah seratus persen terpikirkan. Kedua, berhubung dengan tujuan diatas oleh karena itu, saya tidak cantumkan atau sertakan beberapa data empiris dan eksakta tentang ini itu, sekali-kali, penulis tidak mau dikatakan keminter..  

Masalah macet itu bukanlah hanya sekedar masalah tentang berapa banyaknya sarana tranportasi, berapa lebar dan ruas jalan yang ada, berapa jumlah pak polisi yang mengatur lalu lintas.. itu semua hanyalah hal yang terlihat dipermukaan. Bagaimanakah dalamnya?.. sangat dalam dan sepertinya menyeluruh. menyangkut segala aspek.. karena macet itu layaknya permainan DOMINO alias saling terkait satu dengan yang lain.. bila salah menempatkan kartu maka kartu kita yang lain tidak bisa jalan. bukan begitu?..

Macet Ini bukanlah masalah sepele, tapi bila tidak dicari solusi yang tepat dan melihat akar pemasalahannya maka saya rasa beberapa kota besar akan menuai akibat lebih fatal dalam kurun 10-25 tahun mendatang.

Mari kita berpikir sejenak dan renungkan..

Image Resource: Google Search Image

Produksi Kendaraan Bermotor terus meningkat

Bilamana Negara ini memberikan ruang bagi industry otomotif seluas-luasnya dalam memproduksi kendaraan pribadi (mobil/motor) dengan Goal ingin mendapatkan keuntungan dari sisi ekonomis, maka berapa banyak kendaraan yang ada tiap tahun?... bisa dibayangkan satu produsen motor memproduksi sekian ratus ribu motor? kalikan saja dengan berapa banyak produsen motor yang ada dinegara ini? ditambah dengan produksi industri mobil baik yang asia, eropa, Amerika dan?.. bisa dibayangkan jumlahnya?...

Belum lagi, para pihak ATPM atau lembaga penjamin kredit berlomba memberikan berbagai kemudahan untuk mencapi target penjualan mereka. Rata-rata mereka ditarget bisa menjual 1000 kendaraan bermotor sebulan. tinggal kalikan saja berapa lembaga penjamin kredit motor yang ada disatu kota, kalikan juga angka dalam setahun?... bisa didapatkan jumlahnya?...
belum lagi, kita tidak ada “kuburan motor/mobil” atau tidak ada “disassembly” unit. Wuihhhh.. banyak sekali?.. serta larangan usia kendaraan bermotor yang boleh lalu lalang dijalanan..

Setelah itu coba dibandingkan dengan jumlah atau kapasitas jalan raya yang ada?.. apakah memadai? bila sudah mentok pastinya solusi yang diunggulkan hanya pelebaran jalan alias mengurangi lahan entah itu pemukiman, lahan hijau, atau bahkan area pertanian yang menyokong kebutuhan pangan kita seperti yang terjadi pada pembebesan lahan untuk Toll atau ring road… bukankah hal itu merusak ekosistem?...

Lahan luas tapi minim Produksi pangan..

Sekarang  mana yang lebih penting, mengurangi lahan untuk makanan kita atau menambah jumlah motor/mobil yang ada dijalan raya?... toh paling-paling yang bisa kita dengungkan.. IMPOR Beras!  lho apakah hal itu bijaksana???? Apabila melihat luas lahan yang Negara ini miliki?.. bukankah kita merupakan Negara dengan luas wilayah daratan yang tergolong besar?... tapi koq ya masih saja mengimpor Beras sebagai sumber makanan rakyat ini pada Negara-negara yang notabene luas wilayahnya lebih sempit dari Negara kita… MAlu lagi!!! TOh paling-paling yang kena sorot.. GImana tuh jajaran pengatur negaranya???...  

Image Resource: Google Search Image


Belum lagi, pada saat pelajaran sekolah kita dikenal sebagai Negara GEMAH RIPAH LOH JINAWI.. yang kita banggakan ke anak didik kita tapi koq ya masih saja.. Beli pangan dari Negara lain, masih kalah dalam produksi pangan dari Jepang misalnya.. padahal mereka juga makan nasi tapi luas wilayahnya?... tidak seluas Negara kita…

Image Resource: Google Search Image


Selain itu, coba berapa kali masyarakat kecil tergusur dari kota saat pembebasan lahan untuk penambahan atau perluasan akses tranportasi ini. Padahal mereka juga merupakan pembawa budaya khas dan kultur suatu kota.

Image Resource: Google Search Image


Banyak bangun jalan banyak keluar duit

Setelah lahan semakin terkikis untuk kebutuhan sarana jalan raya, masalah lain akan muncul. PEMBEKAKAN BIAYA! Coba berapa banyak duit yang kita keluarkan untuk pemeliharaan aspalnya? berapa banyak yang kita keluarkan untuk sarana penerangan jalan raya plus beban listrik yang diperlukan dan harus disediakan?.. serta yang paling utama, berapa M atau bahkan T yang diperlukan untuk membangung jalan baru, ring road, toll dsb…? ujung-ujungkan kas daerah atau Negara selalu keluar untuk masalah satu ini..

Image Resource: Google Search Image

Image Resource: Google Search Image

Image Resource: Google Search Image
  Kalau boleh menyarankan..

Sebaiknya pemerintah membatasi jumlah produksi kendaraan yang ada. Pemerintah juga seharusnya menertibkan kemudahan dalam mendapatkan kendaraan. Perluasan jalan atau pembangunan jalan raya baru juga seharusnya lebih bijak dalam memilih lahan. jangan sampai menggunakan lahan produktif yang nantinya bisa mengurangi atau bahkan mematikan supply stok pangan kita. Bilamana tidak ada altenatif lain, fungsi lahan tersebut seharusnya diganti, setidaknya ada rencana atau pemikiran pencarian lahan baru sehingga produksi pangan tetap terjaga. Dampaknya, Ujung-ujungnya duit lagi yang keluar untuk beli makanan buat bangsa ini?.. sudah berapa kali duit keluar untuk hal ini?... 

Hal ini semata-mata untuk mengurangi beban kota terhadap kuantitas kendaraan dimasa mendatang.Mengenai teknis pelaksanaanya, saya rasa para wakil rakyat dan pejabat Negara bisa koq bila mau memperhatikan hal ini.. mereka khan dipilih rakyat karena kapabilitasnya bukan?...

Mari berpikir sejenak untuk jangka panjang Negeri Ini..

Bersambung…