Jumat, 11 Januari 2013

Pudarnya Budaya Tolong Menolong




Polling Publik

38,71% Responden: 
budaya tolong menolong sudah pudar

46,15% mau menolong 
karena adanya imbalan


Budaya sikap tolong menolong yang menjadi ciri khas masyarakat kita mendapat cobaan setimpal. 

Peristiwa terbakarnya sebuah mobil Isuzu Panther dengan nopol L 1103 TV di dekat SPBU KM 26 tol Waru arah Sidoarjo seolah menggambarkan budaya lokal yang kita agung-agungkan sejak dulu seakan telah sirna. Terlebih bila melihat sikap pengelola SPBU yang segan memberikan pertolongan dengan berbagai alasan.  Peristiwa tersebut memang tidak bisa dijadikan tolak ukur yang objektif, walaupun demikian dari peristiwa tersebut kita semua hendaknya bisa menggambil hikmah. Sangat disayangkan, Apabila perkembangan dan kemajuan Kota Surabaya tidak dibarengi dengan perkembangan Indek Sumber Daya Manusia. Lambat laun bila mana kualitas SDM yang demikian tidak ditanggapi, Surabaya akan kehilangan identitas budaya warga lokal. 


Poling publik pada 06/01/2013 mengetengahkan sikap dan budaya tolong menolong bagi masyarakat kota dengan sebuah pertanyaan “Apakah Warga kota masih memiliki sikap Tolong Menolong terhadap sesama?”
a. Mau Menolong, 
b. Budaya Sudah Luntur, 
c. Tidak Tahu. 
Alasan responden? 

Pertanyaan polling ditujukan kepada 31 responden warga Surabaya dengan berbagai latar belakang. Responden dipilih dengan metode acak atau Random Sampling. Pertanyaan diberikan via Facebook, SMS dan media sosial lainnya.




Hasil polling menunjukkan 41,93% atau 13 Responden memilih warga kota masih memiliki kesadaran mau menolong sesama.  38,71% atau 12 Responden menyatakan budaya tolong menolong di kota sudah pudar. Sedangkan 19,36% atau 6 Responden lebih memilih menjawab abtain karena susah memilih antara kedua pilihan jawaban diatas.  Walaupun lebih banyak Responden yang memilih masih ada yang mau menolong, akan tetapi alasan yang dikemukan sangat mengejutkan. Mayoritas responden menilai warga mau menolong dengan pamrih atau imbalan tertentu.

Alasan Responden yang memilih masih mau menolong karena adanya imbalan atau dengan pamrih (6 Responden atau 46,15%), sikon dalam skala kecil (5 responden atau 38,46%) dan niat mau menolong hanya (2 Responden atau 15,39%). Sedangkan alasan Responden memilih Budaya tolong menolong sudah luntur yakni perubahan sikap individualis warga, rasa tidak tahu terima kasih setelah mendapatkan pertolongan, pengaruh budaya asing, tekanan situasi dan budaya tolong enolong hanyalah mitos belaka.



Berikut beberapa komentar Responden:

Heri P
Kelihatannya budaya tolong menolong jaman sekarang harus dengan pamrih atau imbalan, ya harus bayar. Intinya tidak ada yang mau rugi

Sigit
Katanya negara kita ini punya adat ketimuran yang menjungjung sopan santun, suka bergotong royong dan tolong menolong. Ternyata itu hanya isapan jempol belaka dan hanya ada di pelajaran semata. Mana hati nurani jika ada musibah didepan mata kita? Haruskah kita diam karena bukan sanak famili kita.Prihatin atas semua kejadian ini..

Noviandi
Sudah banyak sekali contoh seperti ini.. mau menolong bila sudah “merasa” aman. Ternyata di Surabaya ada juga kebaikan yang di tukar dengan uang.

Wayan K
Jangan menyalahkan orang lain, apakah mereka mau menolong atau tidak, lebih baik kita bercermin dulu Apakah kita sudah lebih baik? Ternyata tidak juga kan.

Khrisna
Situasi dan kondisi negara kita saja yang membuat orang menjadi segan menolong, karena kenyataannya banyak orang kecil yang tidak tertolong, dan orang besar, kaya, bermobil  cuek dengan orang kecil.

Anton F
Ya inilah Indonesia, beda suku lain agama, beda orang lain lagi hatinya, benar begitu bukan...? susah kalau diminta tolong menolong..

Dwi Andayani
Prihatin dengan hilangnya sifat tolong menolong terhadap sesama yang dulu pernah menjadi budaya bangsa kita dan masih saja diajarkan di sekolah..

Rezky
Kalau kita biasanya mau ringan tangan saya percaya kalau kita kena musibah pasti ada yang menolong tapi kalau kita tidak suka menolong ya kita tidak akan ditolong gitu saja..








Tidak ada komentar:

Posting Komentar