Kamis, 21 Februari 2013

Ijsverkoper 1925



Potret Penjual Es Keliling




Berdasarkan sumber dari buku "Oud Soerabaia", pabrik es batu sudah ada di Surabaya sejak tahun 1866. Dari es batu tersebut diolah dan memunculkan beragam versi minuman es bagi warga Surabaya waktu dulu. Masih ingatkah anda tentang nama-nama yang kondang waktu itu? Sebut saja nama-nama  es puter, es kelapa muda, es cendol, es cao atau es gronjong yang mememenuhi kebutuhan minuman dingin dan segar sebagai pelepas dahaga warga kota tempo dulu. Dengan kata lain, sebelum Walls atau Campina yang mendominasi pasar es saat ini, merekalah minuman es favorites warga kota.

Kala gerobak roda masih terlalu mahal bagi para Ijsverkoper atau Penjual es. Mereka memikul dagangan mereka. Pada satu bagian pikulan, penjual es mengunakan tong kayu sebagai wadah tempat es batu. Tong dibuat dari kayu denga tujuan supaya es tidak cepat mencair karena kayu sangat lambat mehantarkan panas. Biasanya berupa kaleng yang dimasukkan ke dalam tong kayu seperti ini. Untuk memperlambat proses pencairan, biasanya es di campur dengan sekam atau kulit padi. Ketika mau digunakan barulah es tersebut di cuci lagi dengan air. Di bagian pikulan lain ada bahan-bahan untuk membuat es campur. Bahan-bahan yang dibawa misalnya gula jawa, sirup, cendol, santan, dan degan atau . Kira-kira es jenis apakah yang mereka jual? Menurut paparan pemerhati sejarah kota, tentu saja para Ijsverkoper bukan penjual es puter. Untuk es puter biasanya dipakai tong khas yang ukurannya lebih besar, agar bisa diaduk (diputer) dengan mudah. Sepertinya mereke berjualan Es cendol.

Menariknya lagi, di belakangnya penjual es tersebut tampak sebuah papan nama jalan “Dwarsstraat”.  Derk dwarsstraat  yang berarti “Jalan Lintang”, merujuk pada nama , jalan Pacar Keling sekarang ini yakni daerah sebelah timur stasiun Gubeng. jo

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar