Rabu, 02 Maret 2011

Literary criticism on the movie 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta





Pertama kali saya ucapkan SELAMAT  buat team creative rumah produksi  Film tersebut sehingga bisa menghasilkan sebuah film dengan kualitas yang cukup bagus dengan judul unique “3 Hati 2 Dunia 1 Cinta “ selain itu juga SELAMAT yang untuk yang kedua kali saya ucapkan atas prestasi film tersebut yang keluar sebagai  Film Terbaik dalam FFI 2010 atau 2011 … ah maafin juga… saya tidak begitu inget secara pasti kapan dapet pialanya.. lha wong IQ saya dideteksi sama test iq.. boleh dibilang berada pada level KURANG BAIK dalam kemampuan bekerja dengan angka.. (he he he.. jujur … buat apa juga ditutupin… ntar juga ketahuan!)Ok… back to the topic!

Setau saya, film merupakan sebuah karya sastra modern yang merupakan perkembangan dari sebuah cerita baik fiksi maupun non fiksi yang diperagakan oleh pemeran atau actor. Kalo zaman dulu kita mengenal sebuah drama atau hiburan teatrikal yang harus live perform maka sesuai dengan perkembangan jaman maka liveprform tersebut direkam dan bisa ditonton berulang-ulang… so lebih mudah bagi kritikus film untuk mencari detail kesalahan-keslahan yang terjadi! He he he… biasalah orang Indonesia lebih suka mengkritik seperti yang saya tulis saat ini… JUJUR ya! Nobody Angry! That’s the most important!

sedangkan isi dari sebuah karya sastra merupakan buah cipta si pengarang! Everybody knows is!!! Yang terinspirasi dari lingkungan yang mereka hadapi dan mereka baca. Yang jelas seorang scriptwriter or penulis karya sastra pastilah memiliki segudang referensi atau kemampuan menganilisa sebuah phenomena masyarakat yang ada sehingga nantinya, apa ynag mereka hasilkan mampu menghibur, mengedukasi, bahkan menginspirasi  khalayak umum. Saya rasa disitulah peran sebuah karya sastra yang bermutu. Intinya… karya sastra merupakan  salah satu bentuk penggambaran everyday life and its complexity of its problem.

Begitu pula yang tersaji dalam film 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta yang baru saya tonton pada hari Valentine tahun ini walau kekasih saya sudah berulang kali meminta saya untuk mendapatkan film tersebut.

Ada beberapa masalah social yang djadikan background film tersebut, antara lain:
1.   
 Pernikahan dengan latar belakang perbedaan agama

Ternyata di era modern ini, dinegara kita atau kita sendiri masih aja bingung menjawab problematika tersebut  dan menjadikan persamaan agama sebagai hal wajib yang tidak dapat ditolak dan sukar sekali diselesaikan dalam kehidupan cinta pada khususnya. Hal ini sebenarnya ngak begitu berpengaruh dlam kehidupan cinta akan tetapi apabila menjelang pernikahan dan sudah memasuki masa pernikahan menjadi sebuah perkara yang gak mudah tuk dijawab. Dan bisa-bisa ya seperti yang digambarkan film tersebut … putus ditengah jalan… jalan mencari cinta dan hidup sendiri-sendiri… seperti yang digambarkan dalam film tersebut.

Sebenarnya sebuah pertanyaan bisa dimunculkan dari kasus ini. Pada dasarnya, dasar Negara kita ini apa? Apakah Negara kita ini Negara sekuler atau religi? Apabila Negara kita ini Negara sekuler mengapa juga masih aja mengeluarkan aturan mengatur kehidupan kehidupan
2.   
yang kedua dan yang lain sebagainya, akan saya sampaikan nanti... karena... ini waktunya ngopi bung! dan juga kasian juga kedua mata anda bila melototin Blog ini... tapi bocorannya ya ini....

   Tradisi lama yang masih melekat kuat dalam masa millennium ini
3.      Kaum muda dalam menghadapi pilihan hidup dan dalam bercinta
4.      Karya sastra dan dunia seni yang hanya dijadikan sebuah hobby
5.      Masyarakat yang gampang tersulut emosi dalam   
6.      Dan…  pendapat anda selain lima hal diatas… he he he

Tidak ada komentar:

Posting Komentar