Minggu, 18 November 2012

Macet Akar Masalah dan Solusi Pemecahannya bagian 1

Image Resource: Google Search Image
 
Salah satu masalah besar yang seringkali dihadapi kota metropolis. Masalah ini seringkali dijadikan alat pendulang suara pada ajang pemilihan kepala daerah khususnya kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dsb. Akan tetapi, hingga saat ini, masalah ini belum juga kunjung selesai atau terpecahkan sehingga banyak sekali berdampak pada semua pihak biasanya pelaku bisnis dan masyarakat penguna jalan raya.

Sekedar urun rembuk saja dan juga bukannya mau sok pinter, siapa tahu apa yang ada dikalangan umum belumlah seratus persen terpikirkan. Kedua, berhubung dengan tujuan diatas oleh karena itu, saya tidak cantumkan atau sertakan beberapa data empiris dan eksakta tentang ini itu, sekali-kali, penulis tidak mau dikatakan keminter..  

Masalah macet itu bukanlah hanya sekedar masalah tentang berapa banyaknya sarana tranportasi, berapa lebar dan ruas jalan yang ada, berapa jumlah pak polisi yang mengatur lalu lintas.. itu semua hanyalah hal yang terlihat dipermukaan. Bagaimanakah dalamnya?.. sangat dalam dan sepertinya menyeluruh. menyangkut segala aspek.. karena macet itu layaknya permainan DOMINO alias saling terkait satu dengan yang lain.. bila salah menempatkan kartu maka kartu kita yang lain tidak bisa jalan. bukan begitu?..

Macet Ini bukanlah masalah sepele, tapi bila tidak dicari solusi yang tepat dan melihat akar pemasalahannya maka saya rasa beberapa kota besar akan menuai akibat lebih fatal dalam kurun 10-25 tahun mendatang.

Mari kita berpikir sejenak dan renungkan..

Image Resource: Google Search Image

Produksi Kendaraan Bermotor terus meningkat

Bilamana Negara ini memberikan ruang bagi industry otomotif seluas-luasnya dalam memproduksi kendaraan pribadi (mobil/motor) dengan Goal ingin mendapatkan keuntungan dari sisi ekonomis, maka berapa banyak kendaraan yang ada tiap tahun?... bisa dibayangkan satu produsen motor memproduksi sekian ratus ribu motor? kalikan saja dengan berapa banyak produsen motor yang ada dinegara ini? ditambah dengan produksi industri mobil baik yang asia, eropa, Amerika dan?.. bisa dibayangkan jumlahnya?...

Belum lagi, para pihak ATPM atau lembaga penjamin kredit berlomba memberikan berbagai kemudahan untuk mencapi target penjualan mereka. Rata-rata mereka ditarget bisa menjual 1000 kendaraan bermotor sebulan. tinggal kalikan saja berapa lembaga penjamin kredit motor yang ada disatu kota, kalikan juga angka dalam setahun?... bisa didapatkan jumlahnya?...
belum lagi, kita tidak ada “kuburan motor/mobil” atau tidak ada “disassembly” unit. Wuihhhh.. banyak sekali?.. serta larangan usia kendaraan bermotor yang boleh lalu lalang dijalanan..

Setelah itu coba dibandingkan dengan jumlah atau kapasitas jalan raya yang ada?.. apakah memadai? bila sudah mentok pastinya solusi yang diunggulkan hanya pelebaran jalan alias mengurangi lahan entah itu pemukiman, lahan hijau, atau bahkan area pertanian yang menyokong kebutuhan pangan kita seperti yang terjadi pada pembebesan lahan untuk Toll atau ring road… bukankah hal itu merusak ekosistem?...

Lahan luas tapi minim Produksi pangan..

Sekarang  mana yang lebih penting, mengurangi lahan untuk makanan kita atau menambah jumlah motor/mobil yang ada dijalan raya?... toh paling-paling yang bisa kita dengungkan.. IMPOR Beras!  lho apakah hal itu bijaksana???? Apabila melihat luas lahan yang Negara ini miliki?.. bukankah kita merupakan Negara dengan luas wilayah daratan yang tergolong besar?... tapi koq ya masih saja mengimpor Beras sebagai sumber makanan rakyat ini pada Negara-negara yang notabene luas wilayahnya lebih sempit dari Negara kita… MAlu lagi!!! TOh paling-paling yang kena sorot.. GImana tuh jajaran pengatur negaranya???...  

Image Resource: Google Search Image


Belum lagi, pada saat pelajaran sekolah kita dikenal sebagai Negara GEMAH RIPAH LOH JINAWI.. yang kita banggakan ke anak didik kita tapi koq ya masih saja.. Beli pangan dari Negara lain, masih kalah dalam produksi pangan dari Jepang misalnya.. padahal mereka juga makan nasi tapi luas wilayahnya?... tidak seluas Negara kita…

Image Resource: Google Search Image


Selain itu, coba berapa kali masyarakat kecil tergusur dari kota saat pembebasan lahan untuk penambahan atau perluasan akses tranportasi ini. Padahal mereka juga merupakan pembawa budaya khas dan kultur suatu kota.

Image Resource: Google Search Image


Banyak bangun jalan banyak keluar duit

Setelah lahan semakin terkikis untuk kebutuhan sarana jalan raya, masalah lain akan muncul. PEMBEKAKAN BIAYA! Coba berapa banyak duit yang kita keluarkan untuk pemeliharaan aspalnya? berapa banyak yang kita keluarkan untuk sarana penerangan jalan raya plus beban listrik yang diperlukan dan harus disediakan?.. serta yang paling utama, berapa M atau bahkan T yang diperlukan untuk membangung jalan baru, ring road, toll dsb…? ujung-ujungkan kas daerah atau Negara selalu keluar untuk masalah satu ini..

Image Resource: Google Search Image

Image Resource: Google Search Image

Image Resource: Google Search Image
  Kalau boleh menyarankan..

Sebaiknya pemerintah membatasi jumlah produksi kendaraan yang ada. Pemerintah juga seharusnya menertibkan kemudahan dalam mendapatkan kendaraan. Perluasan jalan atau pembangunan jalan raya baru juga seharusnya lebih bijak dalam memilih lahan. jangan sampai menggunakan lahan produktif yang nantinya bisa mengurangi atau bahkan mematikan supply stok pangan kita. Bilamana tidak ada altenatif lain, fungsi lahan tersebut seharusnya diganti, setidaknya ada rencana atau pemikiran pencarian lahan baru sehingga produksi pangan tetap terjaga. Dampaknya, Ujung-ujungnya duit lagi yang keluar untuk beli makanan buat bangsa ini?.. sudah berapa kali duit keluar untuk hal ini?... 

Hal ini semata-mata untuk mengurangi beban kota terhadap kuantitas kendaraan dimasa mendatang.Mengenai teknis pelaksanaanya, saya rasa para wakil rakyat dan pejabat Negara bisa koq bila mau memperhatikan hal ini.. mereka khan dipilih rakyat karena kapabilitasnya bukan?...

Mari berpikir sejenak untuk jangka panjang Negeri Ini..

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar