GKI Pregolan Bunder
Gaya Arsitekturnya Mirip
Masjid
Jumat (29/3) kemarin
umat Nasrani dan Katolik di Surabaya memperingati Hari Jumat Agung atau
peristiwa penyaliban Isa Almasih. Peringatan Isa Almasih terkadang disertai
dengan acara seremonial, liturgi di gereja-gereja
yang ada di kota Pahlawan. Hal ini tentu saja memperkaya khasanah kemajemukan
budaya dan religi di Surabaya. Sejarah mencatat sudah sejak dahulu Surabaya
menjadi kota yang multi culture baik bila dilihat dari komposisi etnis, budaya
dan juga religi. Tercatat setidaknya tempat-tempat peribadatan legendaris
dibangun di Kota ini, sebut saja kawasan Ampel,
Klenteng Hok Khiong dan juga gereja-gereja besar baik yang Katholik
maupun protestan.
Di Surabaya sendir terdapat sejumlah gereja yang telah
menjadi ikon kota. Bangunan gereja ini memiliki keunikan akan kekayaan
arsitektural yang ada di Kota Surabaya. Salah satunya yakni GKI Pregolan
Bunder.
Bangunan gereja ini telah berusia lebih dari 130 tahun
ini merupakan bangunan peninggalan kolonial yang tetap kokoh berdiri hingga
kini. Bangunan dengan gaya arsitektur Timur Tengah ini masih terjaga
keasliannya, meski telah banyak dilakukan renovasi. Uniknya, bangunan gereja
ini mengadopsi gaya arsitektur Timur Tengah, antara lain menggunakan bentuk
kubah. Sekilas apabila dilihat dari jauh akan tampak seperti bangunan masjid. Gara-gara
gaya arsitektur hasil karya Rijksen yang uniknya inilah yang memunculkan
peristiwa lucu konon beberapa warga muslim pernah ada yang tertipu ketika hendak
sholat di gereja ini karena dikira masjid. Selain itu, bila dilihat dengan seksama,
denah itu menunjukkan gambar salib di dalamnya serta memiliki sistem akustik
yang kuat. Bahkan pendeta
yang berdiri di atas mimbar, tanpa menggunakan pengeras suara pun khotbahnya
akan terdengar jelas di seluruh ruangan.
Pembangunan gedung gereja ini sudah dimulai sejak 1914
hingga selesai secara keseluruhan pada 1920. Asal muasal gereja ini dibangun oleh
penginjil yang bernama Abraham
Delfos yang dikirim Komisi Pekabaran
Injil dari Belanda pada tahun 1881. Pendeta Delfos mula-mulanya mendirikan
rumah peribadatan didaerah Niew Hollandstraat yang sekarang menjadi
Jalan Kalisosok. Setelah itu, jemaat juga pernah berpindah ke Jl Johar pada
tahub 1890. Barulah pada tahun 1920 jemaat menempati gedung yang dikenal
sebagai GKI Pregolan Bunder.
Alhasil, bangunan GKI Pregolan Bunder ini merupakan salah
satu bangunan peninggalan Kolonial Belanda yang masih bertahan hingga saat ini.
Kondisi fisik arsitektur, design interiornya juga masih menunjukkan kondisi
yang prima, meskipun sudah banyak dilakukan proses renovasi. Tak ayal karena
keunikan dan usianya yang lebih dari seabab, GKI Pregolan Bunder ditetapkan
sebagai bangunan cagar budaya. jo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar