Nostalgia Tempoe Dulu dan Kala Kini
My Memories… Kacang yang (semoga) tak
lupa kulitnya..
Akhirnya
apa yang saya harapkan setelah menulis ini itu tentang lorok kesampaian juga. Setelah
mendapat libur untuk lebaran, walau saya tidak ikut serta merayakannya saya
rasa ini merupakan kesempatan terbaik untuk menebus janji saya tempo hari yakni
menyajikan hal-hal yang lain tentang Lorok. Sebenarnya saya agak malu lha wong
saya Cuma jeptrat-jepret ala Photographer amatir lalu saya juga tidak bisa
menjawab untuk apa semua hasil jepretan saya.
Malahan saya dikira akan membuat laporan serta hendak memberikan
sumbangan jutaan rupiah pada object yang saya ambil. ciut juga nyali ini..
Sesuai
dengan judul diatas, namanya saja nostalgia tempo dulu… jelas-jelas ya maaf
saja bila mana isinya agak subyektif. Saya juga tidak mengharap konten ini akan
dijadikan rujukan sejarah.. saya sendiri tidak sempat untuk mengali sejarah
Lorok.. jadinya ya content ini lebih bersifat naratif dan entertaint saja..
tujuan saya malahan hanya sekedar berbagi cerita betapa berkesannya hidup ini
tatkala pernah tinggal di desa, mendapat sebutan “wong ndeso” atau “cah
ngunung” apalagi stigma masyarakat, sebelum SBY jadi Presiden, orang Pacitan
merupakan “kaum marginal” atau inferior.. kaum pekerja buruh dan PRT baik yang
jadi TKW atau bekerja dikota besar.. tapi itu dulu bukan? banyak lho
orang-orang Pacitan yang sukses diberbagai bidang dikota-kota besar…
Semoga
saja anak-anak atau generasi baru orang Pacitan tidak merasa minder untuk terus
terang bilamana mereka ditanya dari mana asal daerah mereka. hal ini seakan
terasa cukup menyedihkan bilamana dihadapi oleh anak-anak pelajar.. seakan-akan
mereka berat hati untuk menjawab dengan banga “Saya orang Pacitan”,
Saya ini Orang Lorok.. Wong Pacitan..
Sebagai informasi tambahan, saya
berterimakasih bilamana masih diperbolehkan menyandang predikat sebagai “Wong
Lorok” lha memang saya dilahirkan disana, lebih tepatnya di dusun Cerbon, Desa
Cokrokembang, Kec Ngadirojo. Saya lahir ketika lampu penerangan belumlah masuk
dikawasan ini.. sesuai cerita Kakung saya, almarhum Mbah Mudji, waktu itu ya
masih pakai lampu Oblik – lampu sumbu dengan minyak tanah, atau lampu petromak
bila kita tergolong kalangan mampu.. Lanjut cerita masa kecil saya habiskan di
Surabaya, tempat leluhur dari Ayah saya. Ehhh… balik lagi ke Lorok sewaktu usia
masuk sekolah. Saya sendiri sempat mencicipi bangku TK Dharma Wanita selama
setahun lalu tercatat sebagai salah satu murid yang termasuk golongan kurang
pandai di SDN Ngadirojo sampai kelas empat SD. Sehabis itu, Lorok merupakan
tujuan liburan dan lebaran yang saya kunjungi sekali dalam dua-tiga tahun…
disaat inilah banyak informasi perkembangan yang saya lewatkan… jaman itu belum
ngetrend internet jadinya ya… masuk lagi ke “the Dark ages” versi saya sendiri
sih…
Ketika
beberapa kali saya menulis artikel diblog ini, yang mendasari ialah kecintaan
pada tanah kelahiran saja. Banyak memori sewaktu kecil yang mewarnani kehidupan
saya. Oleh karena itulah, saya ingin mengabadikan beberapa tempat yang
menggambil sejarah dalam kehidupan saya dahulu. Karena peran almarhum kakek
saya serta keluarga saya, koq rasanya eman bilamana hal itu terhapus dari
memory saya. Nah, dari dahulu sewaktu kecil sekitar tahun 1990-an saya mencoba
berbagi cerita tentang beberapa tempat yang saya kenal diLorok.
Kontent ini rasanya akan terasa panjang
sekali tuk diikuti oleh karena itu, saya akan membagi dalam 3 bahasan yang saya
sesuaikan dengan geografi-nya: Yakni Kecamatan bagian Utara (Cokrokembang),
Bagian Tengah (Ngadirojo – Wiyoro) dan Bagian Selatan (Tangjung Puro –
Hadiwarno). Bagian tengah merupakan pusat admisnitrasi Kec ini. Bagian Selatan
lebih terkenal dengan Hasil Perikanan & Pariwisata Pantai.. kalau bagian
utara lebih cocoknya apa ya?... kawasan Agraris sepertinya lebih cocok..
Ayo.. dhang diwiwiti… (Let’s Get
Started!)
Desa Cokrokembang – Bagian Utara
kecamatan Ngadirojo
Puskesmas Ngadirojo (Lokasi: Desa
Cokrokembang – Prapatan Baran)
Kita mulai saja dari arah utara.
kawasan Kec Kota ini rasanya dimulai dari perempatan Baran. Disana sejak saya
kecil telah berdiri sebuah Puskesmas Kec. Saat ini Puskesmas tersebut telah
berkembang pesat dan mampu menjadi jujukan orang-orang Lorok tuk berobat. Seingat
saya, bangunan utama waktu itu membujur disebelah utara gedung. Saya sendiri
jarang sekali pergi berobat tapi saya ingat waktu gigi saya saya mulai tumbuh
dan berobat kesana. Dulu kala saya seringkali di ajak jalan pagi setelah subuh
oleh mendiang kakek saya dari arah Cerbon ke Puskesmas lalu balik lagi. Waktu itu saya malah mengunakan alas kaki..
dan menikmati asphalt jalan raya yang ada Dan banyak juga warga sekitar yang
sekedar jalan-jalan pagi disepanjang jalan puskesamas tersebut. Untuk
mendapatkan Informasi lebih lanjut tentang puskesmas ini, bisa diakses diblog
yang bisa diperoleh digoogle search engine.
Saat ini, perkembangan kawasan ini
telah maju dengan adanya, lampu rambu lalu lintas, pembersihan kios liar yang
pernah menempati area depan Rumah sakit, jalanan yang semakin lapang serta
masih terjaganya area persawahan yang berada dikedua sisi jalan… benar-benar
kawasan hijau pedesaan..
SMP Negeri 1 Ngadirojo (Lokasi: Desa
Cokrokembang)
Lanjut
ke arah selatan, disebelah kiri jalan berdiri sebuah SMP Negeri 1 Ngadirojo. Saya
sendiri tidak pernah sekolah di tempat itu. Walau begitu berbagai cerita
tentang sekolah tersebut sempat saya dengar. Sekolah tersebut merupakan sekolah
favorit anak-anak Lorok. Selain itu bila bisa masuk sekolah itu maka prestige
kita akan naik.. mereka semua percaya hanya anak-anak pandai yang bisa sekolah
disitu dan sampai dibela-belain turun gunung bagi yang bertempat tinggal jauh
dikawasan pegunungan. Selain itu seingat saya dipojok bagian depan sebelah
utara bangunan depan tumbuh beberapa ruas pohon bamboo.. dan menyimpan cerita
mistik tersendiri. Konon dulu banyak sekali yang digoda atau sekedar dilihati
hal-hal mistik. Seiring dengan masuknya penerangan maka cerita itu tinggal
kenangan. Oh ya… satu karakter guru kondang yang sering kali saya dengar ialah
Bapak Agus Salim… kebetulan sekali beliau ialah Bapaknya teman saya waktu masih
SD.. walau saya tidak pernah sekalipun berada dibawah bimbingan beliau namanya
santer dan menjadi buah bibir beberapa alumni SMP tersebut yang saya kenal.
Beliau terkenal karena sifat dan ketegasan dalam mendidik anak-anaknya yang
notabene merasa sekolah hanyalah sekedar kewajiban belaka.
Kawasan Kreteg Cerbon – Pasar Cerbon
– Warung Pojok Pak Heri
Kawasan ini dulunya merupakan kawasan
pasar traditional yakni pasar Cerbon. Pasar itu layaknya pasar desa yang
memiliki beberapa stand yang dimiliki oleh beberapa penduduk sekitar seperti
Mbah Slamet, Wo Panjang, lalu buyut saya, Mbah Ungin, juga seringkali berjualan
disana. Dia berjualan “cipar” yakni semacam kecambah dari kedelai untuk sayur
asem.. terkadang buyut saya juga berjualan bunga buat melayat ke kuburan. walau
hasilnya waktu itu hanya kisaran uang koin ratusan rupiah.. tapi saya salut
sama keuletannya.. terlebih saya seringkali dibelikan oleh-oleh sepulang dari pasar
tadi… Seingat saya dulu diseberang pasar terdapat penjual dawet cendhol khas
Lorok dengan mengunakan gula bathok – gula merah sebagai pemanis.. rasanya
sekarang, rumah tersebut tidak berjualan lagi..
Pasar Cerbon jelasnya tidak seramai pasar
daerah, pada awal tahun 1990-an, kalau tidak salah arus sungai yang mengalir
dibelakang pasar mengerus tanah, sehingga diding pasar ambrol seketika banyak
kios took yang tidak beroperasi. beberapa kios dibangun kembali tetapi cerita
pasar Cerbin cukup samapai disitu. Sebagai gantinya, berdiri waring makanan
yang menjual menu Soto Pacitan plus beberapa jajanan oleh-oleh khas Pacitan
seperti Kolong, kembang Gula, Sale Pisang, jenang, Sengkolon dsb.
Ada sebuah kisah tentang seorang
perempuan yang bernama si Paijem, wanita paroh baya ini dekat sekali dengan
penghuni pasar, begitu pula dengan buyut saya, dia memang seorang yang ringan
tangan. Saya sendiri beberapa kali diantarkan pulang dan terkadang saya digendhong
dipunggungnya. Betapa tragisnya sewaktu dia meninggal, seingat saya, dia
tinggal di area Pasar, dia meniggal salah satu sudut pasar tersebut setelah
menderita sakit yang lumayan lama.. Nyesel dan sedih juga saya kala iyu. Sebenarnya,
dia memiliki keluarga akan tetapi banyak yang tidak tahu riwayat keluarganya.
So… Penduduk sekitarlah yang mengantarnya menghadap ilahi… “May You Rest in
Peace old Woman”
Pernah
melihat dan masih ingat dengan film yang dibintangi oleh Macaulay Culkin “My
Girl”? lain cerita dengan kisah wanita diatas, sewaktu saya masih anak-anak,
didaerah tersebut juga ada seorang anak perempuan nan jelita. Dia begitu
dikenal luas karena parah wajahnya apalagi bagi kalangan anak-anak kecil
seusiaku dulu.. ha ha ha istilahnya kembang desalah… jujur saja sampai begitu
cantiknya saya sendiri sampai tidak berani bercakap-cakap dengannya… sampai
saya ekspansi tetap saja saya tidak pernah ngobrol. Namanya… Ada Dech! ini
privasi… tapi bukanlah “hidden affairs” lho! sekedar demi kebaikan bersama
saja…
Saat ini yang tersisa dari kawasan
ini hanyalah sebuah Toko Pojok milik Pak Heri – Toko ini merupakan toko
kelontong yang paling lengkap dagangannya dan merupakan sebuah toko besar
dikawasan Cerbon selain Toko miliknya Mbah Rahman yang merupakan supplier besar
minyak tanah dan bensin. Didepan Toko itu ada sebuah tugu besar seperti yang
terlihat di gambar. Dari dulu kondisi Tugu tersebut tidaklah berubah, selain
itu bangunan toko sendiri dibangung diatas aliran sungai. Jadi ya ada lorong
sungai dibawah Toko dan Bangunan Rumah tersebut. Selain Toko Pojok, ada juga
yang todak berubah yakni jembatan atau kreteg Cerbon serta pintu airnya. saya
rasa dua bangunan tersebut layak dilestarikan karena memiliki peranan penting
bagi Lorok. Memang sih kreteg carbon bukanlah jembatan besar, hanya cukup dua
jalur kecil dengan lebar 4-5 meter saja. tapi merupakan prasarana penting.
Kalau tidak salah ingatan saya, jembatan tersebut pernah mengalami pelebaran,
saya sendiri pernah rasanya menyaksikan proses pengerjaannya..
Sementara
itu, kondisi kawasan Pasar Cerbon sekarang ini, tahun 2012, tidak memiliki
bangunan apapun. Tidak ada lagi bangunan pasar serta hiruk pikuk kegiatan
ekonomi didaerah tersebut. Ntah Aparat desa mempunyai rencana atau design yang
lain ya saya kurang tahu.. alangkah bagusnya bila mana kawasan tersebut dicalonkan
sebagai cagar budaya… Heritage gitulah…
KUD Ngadirojo Plus Gudang Logistik
KUD Ngadirojo, walau namanya
mengunakan nama desa ibukota kecamatan, akan tetapi lokasi KUD ini berada di
desa cokrokembang. KUD ini merupakan salah satu bidang usaha yang maju pada
masanya. Saya rasa peranannya juga masih terasa sampai saat ini. KUD ini telah
mengalami renovasi bangunan. Dulunya lokasi bangunan kantornya tidak berada
seperti yang ada didalam gambar. Selain bangunan kantor, ada 2 gudang dan satu
unit pengilingan padi. 2 Gudang tadi satu gudang timur untuk lumbung beras dan
pupuk – sampai sekarang masih ada dan terlihat orisinal dan satu gudang barat
yang lebih banyak digunakan sebagai area badminton dan sepak takraw oleh warga
setempat. Gudang ini telah dirobohkan dan dibangun kantor baru diatas lahan
tersebut. Gudang unit penggilingan padi masih berdiri kokoh dan mungkin saja
masih beroperasi. Serta ditambah pula sebuah area menjemur padi didepan gudang
penggilingan padi.
Sebelum
Listrik disuplai oleh PLN, KUD ini juga pernah menyediakan kebutuhan listrik
dari tenaga mesin diesel dengan bahan bakar solar untuk beberapa desa
dikecamatan Ngadirojo. Layanannya pun terbatas mulai sore pukul enam sampai
tengah malam. Wargapun ditarik retribusi listrik sesuai dengan jumlah watt yang
digunakan. Walaupun demikian,. menikmati listrik pada saat itu sudah bisa
sangat bersyukur.
Dulu saya mengunakan area ini untuk
arena bermain. Saya seringkali bermain dedak-tumpukan kulit padi walau nantinya
rasa gatalnya bukan kepalang, memanjat pohon beringin dan sempat jatuh yang
mana pantat saya menimpa kerasnya akar pohon tersebut, mandi dan lompat sungai
dibelakang KUD, memancing dikali tersebut.. dan terkadang membelikan seplastik
bekatul untuk makanan ternak bagi tetangga kanan kiri. Walau kecil sekitar Rp
25-50 saja, sudah lumayanlah buat tambahan uang saku buat jajan disekolah.
Kantor Pos Kec. Ngadirojo
Bangunan lain yang ada dikawasan ini tidak lain ialah Kantor Pos Kec
Ngadirojo. Secara fisik bangunan ini tidak mengalami perubahan berarti dimana
warna coklat orang yenag mendominasi bangunannya. Saya masih teringat dengan
dengan seorang Tukang Pos waktu itu, hanya dengan mengendari sepeda “onthel” ya
sepeda kebo warna coklat kehitaman plus diberi tas pos dibelakang. Bapak ini
setia mengantarkan kiriman surat, wesel dan berita parsel. Saat ini kantor pos
juga sudah mengandeng beberapa jasa pengiriman uang seperti western union dsb.
Saya pernah dekat dengan keluarga mereka yang notabene juga memiliki anak
sesuai saya waktu itu, Mbak Danik dan Mas Danang kalo tidak salah saya
mengingat. Akan tetapi Kepala atau pejabat tersebut pindah lokasi dinas di
Pacitan Kota beberapa tahun setelah saya meninggalkan desa tersebut.
Well.. masih ada beberapa cerita informatif tentang bagian Tengah dan
Selatan..
Semoga bisa cepat selesai menulisnya untuk Anda
Bangga jadi wong Lorok \o/
BalasHapusFajar menyingsing
BalasHapusDesa kenangan takkan terlupa sepanjang masa
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusLeluhur istri saya dari Nogosari Lorog, dari Raden panji Sanjaya Ngrangin (Gropak Senthe), RM Kertowongso (generasi Gantung Siwur) R. Poncomenggo (Wedono Lorog) (generasi udeg-udeg), R. Ponco Semonggo (Demang Nawangan) (generasi Wareng) Poncowikromo (Lurah Nogosari) (generasi Canggah), Citroprawiro (Lurah Nogosari) (generasi Buyut), Gunawan Joyosudarmo (Mantri Guru) (generasi Mbah), Sutomo (mantan Pamen TNI AL) (generasi Bapak)
BalasHapusEyang saya, Adisastro, lahir 1880 dan wafat 1942 di Lorog.
BalasHapusSalam kenal, kita mungkin saudara. Karena eyang saya juga adisastro.
HapusSalam kenal, kita mungkin saudara. Karena eyang saya juga adisastro.
HapusEntah saya keturunan dari siapa yang aku tahu dan pernah ke pesarean makam kuncen lorong sebagai pemakaman keturunan keluarga,tolong saya di kasih tahu dari keluarga mana.dan saya ingat pak Lik saya bernama Santoso terakhir bekerja pensiunan pemilik....
BalasHapusKalau boleh tahu ini...ulasan dari mana ..nggeeh...mtr swn
HapusKakek saya Suparto bin Mangun Lorok cuma saya gak tau di mananya
BalasHapusEyang putri saya bernama R. SOEMARJATIN berasal dari Lorok Pacitan, menikah di Ponorogo dengan Eyang kakung bernama R. DJOKO SOEMODIRDJO, berumah di Jl. Gajah Mada No. 7 Ponorogo. Menurut cerita saudara sepupu saya, leluhur kami itu mbah wedono Lorok jaman Belanda.
BalasHapusSalam kenal, saya asli kwangen, cokrokembang. Mbah kakung saya dulu jadi kamituwo dan dianggap sesepuh warga. Bapak saya dari kaliatas, lorok. Adik bapak jadi rektor universitas negri semarang, pak soedijono. Saya sekarang tinggal di semarang
BalasHapuskalo ini masih dibaca sama penulis komentar ini. halooo sepertinya kita saudara, karena masih satu silsilah sama keluarga mbah diyono. karena kebetulan silsilah ini ditulis juga sama alm kakung saya. salam kenal.
HapusMantap. Salam sedulur Wong Lorok. Sukses selalu. Salam dari Kwangen Cokrokembang
BalasHapus