Gereja GPIB Bubutan 1925
Menara
Jam Tetap Kosong
Komposisi
warga kota Surabaya
yang multi etnis dan multi religi sejak dulu memberikan beberapa bangunan
religi bersejarah. Warisan budaya religi yang ada di Kota Pahlawan pun tidak
hanya kondang dengan kawasan Sunan Ampel dan Gereja Katholik Kepanjen. Salah
satu warisan budaya yang mungkin tidak terlalu tersohor ialah Gereja GPIB di kawasan
Bubutan Surabaya.
Gereja
karya arsitek Albert Zimmerman pada tahun 1924 ini dibangun di Jl Bubutan No.
69 atau persisnya di pojok jalan Bubutan dan jalan Pringadi. Pada awalnya, di depan gereja
tersebut terdapat sungai dari arah selatan ke utara, tetapi sekarang sungai
tersebut sudah tidak tampak lagi. Konon, sungai tersebut dulunya sering
digunakan untuk mengisi air mobil pemadam kebakaran atau brandweer, dan juga sering digunakan untuk latihan pasukan pemadam
kebakarane pemerintah Hindia Belanda.
Gereja ini semakin megah dengan
menara jam
yang menjulang. Albert Zimmerman yang dilahirkan pada tahun 1880 silam, memberi
nama gereja ini ‘Protestantsche Kerk’ atau
‘Nederlandsch Hervormde Kerk’ bagi
gereja ini. Pada tahun 1948, Gereja ini berganti nama menjadi GPIB (Gereja
Protestan Indonesia Barat) ‘Immanuel’. Nama yang tetap dipergunakan hingga
sampai saat ini.
Toh walaupun sudah diberi
nama resmi, warga Surabaya lebih sering
menyebutnya secara singkat dengan nama “Gereja Bubutan” sesuai dengan lokasi di
mana Gereja itu berada yakni di kawasan daerah
lawas sebagai cikal bakal kota Surabaya. Bubutan sendiri berada di Kelurahan
Alun-Alun Contong, tidak jauh dari Tugu Pahlawan.
Konon,
istilah Bubutan berasal dari kata Butotan. Butotan sendiri merupakan
istilah untuk pintu gerbang yang tanpa sekat. Gerbang ini menghubungkan antara
kampung Tumenggungan dengan Kraton di masa Adipati Surabaya itu, seorang tokoh
legenda di ranah Surabaya
zaman silam.
Selain
nama yang tidak berubah, kondisi gedungpun juga tidak banyak berubah. Hanya direnovasi dengan menambah 2 buah daun jendela
besar dibagian atap serta ujung menara. Hingga
saat ini, tempat jam menara dibiarkan kosong. Sangat disayangkan bukan? jo
artikelnya menarik ya. :)
BalasHapuscuma itu fotonya ukurannya agak dikecilin biar rapi. :)
Terima kasih Ms Vera Astanti.. kritik dan judgment anda akan saya perhatikan... GBU
BalasHapusPermisi kak itu bukan menara jam tapi menara untuk lonceng dan sekarang lonceng sudah terpasang kembali
BalasHapusPembabtisan mula-mula pada tahun berapa ? Dan penginjil Yohanes Emde pernah dibantis di gereja ini ?
BalasHapus