Polling Publik
38,71% Responden:
budaya
tolong menolong sudah pudar
46,15% mau menolong
karena adanya imbalan
Budaya sikap tolong
menolong yang menjadi ciri khas masyarakat kita mendapat cobaan setimpal.
Peristiwa terbakarnya sebuah
mobil Isuzu Panther dengan nopol L 1103 TV di dekat SPBU KM 26 tol Waru arah
Sidoarjo seolah menggambarkan budaya lokal yang kita agung-agungkan sejak dulu
seakan telah sirna. Terlebih bila melihat sikap pengelola SPBU yang segan
memberikan pertolongan dengan berbagai alasan.
Peristiwa tersebut memang tidak bisa dijadikan tolak ukur yang objektif,
walaupun demikian dari peristiwa tersebut kita semua hendaknya bisa menggambil
hikmah. Sangat disayangkan, Apabila perkembangan dan kemajuan Kota Surabaya
tidak dibarengi dengan perkembangan Indek Sumber Daya Manusia. Lambat laun bila
mana kualitas SDM yang demikian tidak ditanggapi, Surabaya akan kehilangan
identitas budaya warga lokal.
Poling publik pada 06/01/2013 mengetengahkan sikap dan budaya tolong menolong bagi masyarakat kota
dengan sebuah pertanyaan “Apakah
Warga kota masih memiliki sikap Tolong Menolong terhadap sesama?”
a. Mau
Menolong,
b. Budaya Sudah Luntur,
c. Tidak Tahu.
Alasan responden?
Pertanyaan
polling ditujukan kepada 31 responden warga Surabaya dengan berbagai latar
belakang. Responden dipilih dengan metode acak atau Random Sampling. Pertanyaan diberikan via Facebook, SMS dan media sosial lainnya.
Hasil polling
menunjukkan 41,93% atau 13 Responden memilih warga kota masih memiliki
kesadaran mau menolong sesama. 38,71%
atau 12 Responden menyatakan budaya tolong menolong di kota sudah pudar.
Sedangkan 19,36% atau 6 Responden lebih memilih menjawab abtain karena susah
memilih antara kedua pilihan jawaban diatas. Walaupun lebih banyak Responden yang memilih
masih ada yang mau menolong, akan tetapi alasan yang dikemukan sangat
mengejutkan. Mayoritas responden menilai warga mau menolong dengan pamrih atau
imbalan tertentu.
Alasan
Responden yang memilih masih mau menolong karena adanya imbalan atau dengan
pamrih (6 Responden atau 46,15%), sikon dalam skala kecil (5 responden atau
38,46%) dan niat mau menolong hanya (2 Responden atau 15,39%). Sedangkan alasan
Responden memilih Budaya tolong menolong sudah luntur yakni perubahan sikap
individualis warga, rasa tidak tahu terima kasih setelah mendapatkan
pertolongan, pengaruh budaya asing, tekanan situasi dan budaya tolong enolong
hanyalah mitos belaka.
Berikut
beberapa komentar Responden:
Heri P
Kelihatannya budaya
tolong menolong jaman sekarang harus dengan pamrih atau imbalan, ya harus
bayar. Intinya tidak ada yang mau rugi
Sigit
Katanya negara kita ini
punya adat ketimuran yang menjungjung sopan santun, suka bergotong royong dan
tolong menolong. Ternyata itu hanya isapan jempol belaka dan hanya ada di
pelajaran semata. Mana hati nurani jika ada musibah didepan mata kita? Haruskah
kita diam karena bukan sanak famili kita.Prihatin atas semua kejadian ini..
Noviandi
Sudah banyak sekali
contoh seperti ini.. mau menolong bila sudah “merasa” aman. Ternyata di Surabaya
ada juga kebaikan yang di tukar dengan uang.
Wayan K
Jangan menyalahkan orang
lain, apakah mereka mau menolong atau tidak, lebih baik kita bercermin dulu Apakah
kita sudah lebih baik? Ternyata tidak juga kan.
Khrisna
Situasi dan kondisi
negara kita saja yang membuat orang menjadi segan menolong, karena kenyataannya
banyak orang kecil yang tidak tertolong, dan orang besar, kaya, bermobil cuek dengan orang kecil.
Anton F
Ya inilah Indonesia, beda
suku lain agama, beda orang lain lagi hatinya, benar begitu bukan...? susah
kalau diminta tolong menolong..
Dwi Andayani
Prihatin dengan hilangnya
sifat tolong menolong terhadap sesama yang dulu pernah menjadi budaya bangsa
kita dan masih saja diajarkan di sekolah..
Rezky
Kalau kita
biasanya mau ringan tangan saya percaya kalau kita kena musibah pasti ada yang
menolong tapi kalau kita tidak suka menolong ya kita tidak akan ditolong gitu
saja..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar