Nostalgia Tempoe Doeloe & Kala
InI
Jalur Tanjung Puro – Hadiwarno
Melanjutkan
dari ulasan sebelumnya, selepas dari desa Wiyoro, kearah selatan maka kita akan
sampai dikawasan Desa Tanjung Puro, Hadiluwih dan Hadiwarno. Didaerah Tanjung Puro,
yang panjang jalurnya tidaklah begitu panjang, kurang lebih 3 km, anda akan
menikmati hamparan lahan padi dikanan kiri jalan..selain itu bangunan SMA
Negeri Ngadirojo dengan gapura khasnya akan menanti anda, bila anda merasa
lapar jangan kuatir karena dilokasi tersebut terdapat beberapa kios makanan
yang ramai yang berada didepan pintu air. Kios Kios tersebut sudah dibangun
disana sejak lama, rasanya perlu sekali untuk konservasikan wilayah ini dan
didapuk menjadi sentra pujaera khas makanan Lorok yang nantinya bisa menyokong
kebutuhan makanan dijalur Pantai Selatan.
Berbicara
tentang Pintu Air Tanjung Pura, pintu air ini mengatur irigasi aliran sungai
yang asal bisa jadi sama dengan Pintu Air di kreteg Cerbon.. Aliran sungai
mungkin tidak melewati depan pasar tapi aliran ini mulai membesar didekat pintu
air. Kondisi jalananpun tidak banyak berubah yakni jalanan rindang dari
lindungan pohon-pohon besar yang ada dikanan kiri badan jalan.
Gang Boston
Saya tertarik dengan sebuah nama yang
ada disini yakni Gang Boston.. rasanya nama tersebut tidak lagi digunakan saat
ini dan diganti dengan nama yang lebih berbau Indonesia. Nama gang Boston
sendiri merupakan akronim dari kata Jembatan Beton – yang lebih enak didengar
ya nama Boston tadi. Kebetulan juga di ujung belakang gang tersebut ada sebuah
jembatan gantung yang melintasi sungai terbesar dan terlebar di Kecamatan
Ngadirojo. Aliran sungai tersebut bermula jauh di utara wilayah kecamatan dan
mengalir melewati beberapa desa yang antara lain Desa Cangkring, Ngadirojo,
Wiyoro, dan Tanjung Puro sampai bermuara ke Laut Selatan. Aliran sungai
mengalir disebelah timur kecamatan Ngadirojo dan berbatasan dengan bukit/gunung
disebelah timur.
Kawasan Pertigaan Hadiwarno
Kreteg Kangkung
Lurus
saja ke arah selatan maka kita akan menjumpai sebuah pertigaan besar, bila anda
belok kearah kiri atau ke timur maka rute tersebut akan membawa anda ke arah
kota Trenggalek dan pastinya anda akan melewati Kreteg Kangkung yang merupakan
jembatan terbesar di Kecamatan Ngadirojo. Jembatan dari bahan beton dan baja
ini pernah mengalami pelebaran dan rekonstruksi akan tetapi bentuknya hampir
serupa dengan bentuk khasnya yakni konstruksi bajanya. Bisa dibayangkan betapa
besar peranan jembatan ini, bila mana jembatan ini roboh pastinya arus
lalulintas penghubung antara daerah Pacitan – Trenggalek akan putus total.
Sampai
saat ini peranan Kreteg Kangkung terlihat semakin vital dan belum tergantikan dengan
adanya 2 proyek besar yakni PLTU Bawur dan Jalan Lintas Pantai Selatan. Saat
ini saja jalan desa Hadiwarno telah mengalami pelebaran dan peningkatan kondisi
jalan. Untuk mengetahui rute Ngadirojo trenggalek and bisa juga akses ke link
berikut:
Link:
http://uncommonlygenius.blogspot.com/2011/11/pesona-rute-touring-jalur-selatan.html
Pesona Pariwisata Pantai
Sebaliknya bilamana anda belok ke
kanan maka anda akan memasuki kawasan wisata pantai dan desa Nelayan. Dulu
dipojok pertigaan tadi, dibawah shelter sederhana, sempat digunakan untuk berjualan
ikan hasil tangkapan nelayan. Ikan hasil tangkapan nelayan yang seringkali saya
santap bersama keluarga saya disana ialah jenis ikan layur yang bentuknya pipih
panjang, ikan tongkol, dan saya lupa namanya yang ini, warnanya agak pink
(kemerah-merahan pada ekor dan sisiknya) dan memiliki daging yang lezat
layaknya ikan mujair. Selain disini, bila ingin membeli ikan hasil tangkapan
nelayan bisa menuju ke Segara Anakan – disebelah barat Pantai Taman dan sebelum
daerah Puring.
Didepan
shelter tadi ada lapangan bola, yang kerap kali digunakan sebagai terminal
dadakan saat Idul fitri hari ke 2. Sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Lorok
saat hari kedua Idul FItri digunakan untuk pergi ke Pantai Taman. Sarana
transportasi yang melayani ya beraneka ragam mobil penumpang serta barang yang
diberi kap sederhana. Nah dilapangan inilah mereka menjemput dan menurunkan
wisatawan. Ada yang unik, banyak pemuda Lorok yang bekerja dikota sebagai supir
mikrolet. Nah mereka membawa mikrolet tersebut ke Lorok dan dijadikan Andong.
Ada yang berplatkan Surabaya, Malang dan kota-kota besar lainnya. Sepertinya
semua sudah berubah, rasanya mikrolet-mikrolet dari luar kota tersebut dilarang
beroperasi lagi ya demi rejekinya para kru transportasi setempat.
Berbicara tentang Wisata Pantai,
jaman dulu hanya Pantai Taman saja yang dikenal luas dan dijadikan tujuan
berlibur. Pantai yang akses masuknya hampir tidak berubah plus toko disebelah
gang yang nyaris tidak berubah, biasanya mengelar konser musik pada hari raya
kedua. Begitu pula ketika hendak membersihkan diri, kita mesti berjalan dan
mengunakan sumur milik warga dan masjid/mushola terdekat untuk bersih diri.
Sekarang agak lumayan karena sudah dibangun sebuah shelter persis diujung gang
masuk dan juga telah dilengkapi sarana kamar mandi. Sepertinya, Pantai Taman sudah
mulai ditinggalkan oleh penikmat pantai sana, ini terlihat semakin banyaknya
penikmat pantai yang lebih suka menghabiskan waktu di area pantai yang terletak
disebalah barat dan sepanjang Jalur Lintas Selatan. Bila anda ingin mengetahui lebih lanjut
tentang pesona pantai dikawasan ini, anda bisa akses via link berikut:
http://uncommonlygenius.blogspot.com/2011/05/jalur-selatan-pacitan-so-beautiful.html
Yaa
begitulah cerita nostalgia saya semasa saya menghabiskan masa kecil saya di
Lorok. Apabila isi konten ini agak subyektif ya sekali lagi saya minta maaf…
jujur saja saya lebih banyak menghabiskan waktu di daerah Cokrokembang dan
Ngadirojo sedang untuk wilayah Selatan, tidak banyak yang saya tahu...
Akhir
Kata jangan segan-segan berkunjung ke daerah ini…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar